Yoga Suganda
NIM : 1202104
|
Pendahuluan
Sistem pelumasan merupakan salah satu sistem utama pada
mesin, yaitu suatu rangkaian alat-alat mulai dari tempat penyimpanan minyak
pelumas, pompa oli (oil pump), pipa-pipa saluran minyak, dan pengaturan
tekanan minyak pelumas agar sampai kepada bagian-bagian yang memerlukan
pelumasan.
Sistem pelumasan ini memiliki beberapa fungsi dan tujuan,
antara lain:
- Mengurangi
gesekan serta mencegah keausan dan panas, dengan cara yaitu oli membentuk
suatu lapisan tipis (oil film) untuk mencegah kontak langsung
permukaan logam dengan logam.
- Sebagai
media pendingin, yaitu dengan menyerap panas dari bagian-bagian yang
mendapat pelumasan dan kemudian membawa serta memindahkannya pada sistem
pendingin.
- Sebagai bahan
pembersih, yaitu dengan mengeluarkan kotoran pada bagian-bagian mesin.
- Mencegah
karat pada bagian-bagian mesin.
- Mencegah
terjadinya kebocoran gas hasil pembakaran.
- Sebagai
perantara oksidasi.
Pengertian
Pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada
diantara dua permukaan yang bergerak secara relatif agar dapat mengurangi
gesekan antar permukaan tersebut.
Klasifikasi
Berdasarkan wujudnya, minyak pelumas dapat digolongkan
menjadi dua bentuk, yaitu cair (liquid) atau biasa disebut oli, dan setengah
padat (semi solid) atau biasa disebut gemuk.
Minyak pelumas cair (oli) dapat digolongkan berdasarkan
beberapa hal, yaitu:
- Berdasarkan
bahan pelumas itu dibuat
Pelumas mineral
(pelikan) yang berasal dari minyak bumi. Mineral yang terbaik digunakan untuk
pelumas mesin-mesin diesel otomotif, kapal, dan industri.
Pelumas nabati,
yaitu yang terbuat dari bahan lemak binatang atau tumbuh-tumbuhan. Sifat
penting yang dipunyai pelumas nabati ini ialah bebas sulfur atau belerang,
tetapi tidak tahan suhu tinggi, sehingga untuk mendapatkan sifat gabungan yang
baik biasanya sering dicampur dengan bahan pelumas yang berasal dari bahan
minyak mineral, biasa disebut juga compound oil.
Pelumas
sintetik, yaitu pelumas yang bukan berasal dari nabati ataupun mineral. Minyak
pelumas ini berasal dari suatu bahan yang dihasilkan dari pengolahan
tersendiri. Pada umumnya pelumas sintetik mempunyai sifat-sifat khusus, seperti
daya tahan terhadap suhu tinggi yang lebih baik daripada pelumas mineral atau
nabati, daya tahan terhadap asam, dll
- Berdasarkan
viscosity atau kekentalan minyak pelumas yang dinyatakan dalam
nomor-nomor SAE (Society of Automotive Engineer). Angka SAE yang
lebih besar menunjukkan minyak pelumas yang lebih kental.
Oli monograde,
yaitu oli yang indeks kekentalannya dinyatakan hanya satu angka.
Oli multigrade,
yaitu oli yang indeks kekentalannya dinyatakan dalam lebih dari satu angka.
- Berdasakan
penggunaan minyak pelumas (diatur oleh The American Petroleum
Institutes Engine Service Classification)
Penggunaan
minyak pelumas untuk mesin bensin.
Penggunaan
minyak pelumas untuk mesin diesel.
Karakteristik
Minyak pelumas memiliki ciri-ciri fisik
yang penting, antara lain:
- Viscosity
Viscosity atau kekentalan suatu minyak pelumas
adalah pengukuran dari mengalirnya bahan cair dari minyak pelumas, dihitung
dalam ukuran standard. Makin besar perlawanannya untuk mengalir, berarti makin
tinggi viscosity-nya, begitu juga sebaliknya.
- Viscosity
Index
Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan
ketahanan kekentalan minyak pelumas terhadap perubahan suhu. Makin tinggi angka
indeks minyak pelumas, makin kecil perubahan viscosity-nya pada
penurunan atau kenaikan suhu. Nilai viscosity index ini dibagi dalam 3 golongan,
yaitu:
HVI (High Viscosity Index) di atas 80.
MVI (Medium Viscosity Index) 40 – 80.
LVI (Low Viscosity Index) di bawah 40.
- Flash
Point
Flash point atau titik nyala merupakan suhu
terendah pada waktu minyak pelumas menyala seketika. Pengukuran titik nyala ini
menggunakan alat-alat yang standard, tetapi metodenya berlainan tergantung dari
produk yang diukur titik nyalanya.
- Pour Point
Merupakan suhu terendah dimana suatu
cairan mulai tidak bisa mengalir dan kemudian menjadi beku. Pour point
perlu diketahui untuk minyak pelumas yang dalam pemakaiannya mencapai suhu yang
dingin atau bekerja pada lingkungan udara yang dingin.
- Total Base
Number (TBN)
Menunjukkan tinggi rendahnya ketahanan
minyak pelumas terhadap pengaruh pengasaman, biasanya pada minyak pelumas baru
(fresh oil). Setelah minyak pelumas tersebut dipakai dalam jangka waktu
tertentu, maka nilai TBN ini akan menurun. Untuk mesin bensin atau diesel,
penurunan TBN ini tidak boleh sedemikian rupa hingga kurang dari 1, lebih baik
diganti dengan minyak pelumas baru, karena ketahanan dari minyak pelumas
tersebut sudah tidak ada.
- Carbon
Residue
Merupakan jenis persentasi karbon yang
mengendap apabila oli diuapkan pada suatu tes khusus.
- Density
Menyatakan berat jenis oli pelumas pada
kondisi dan temperatur tertentu.
- Emulsification dan Demulsibility
Sifat pemisahan oli dengan air. Sifat
ini perlu diperhatikan terhadap oli yang kemungkinan bersentuhan dengan air.
Selain ciri-ciri fisik yang penting
seperti telah dijelaskan sebelumnya, minyak pelumas juga memiliki sifat-sifat
penting, yaitu:
- Sifat
kebasaan (alkalinity)
Untuk menetralisir asam-asam yang
terbentuk karena pengaruh dari luar (gas buang) dan asam-asam yang terbentuk
karena terjadinya oksidasi.
- Sifat detergency
dan dispersancy
Sifat detergency
Untuk membersihkan saluran-saluran maupun bagian-bagian dari mesin yang
dilalui minyak pelumas, sehingga tidak terjadi penyumbatan.
Sifat dispersancy
Untuk menjadikan kotoran-kotoran yang dibawa oleh minyak pelumas tidak
menjadi mengendap, yang lama-kelamaan dapat menjadi semacam lumpur (sludge).
Dengan sifat dispersancy ini, kotoran-kotoran tadi dipecah menjadi
partikel-partikel yang cukup halus serta diikat sedemikian rupa sehingga
partikel-partikel tadi tetap mengembang di dalam minyak pelumas dan dapat
dibawa di dalam peredarannya melalui sistem penyaringan. Partikel yang bisa
tersaring oleh filter, akan tertahan dan dapat dibuang sewaktu diadakan
pembersihan atau penggantian filter elemennya.
- Sifat
tahan terhadap oksidasi
Untuk mencegah minyak pelumas cepat
beroksidasi dengan uap air yang pasti ada di dalam karter, yang pada waktu suhu
mesin menjadi dingin akan berubah menjadi embun dan bercampur dengan minyak
pelumas. Oksidasi ini akan mengakibatkan minyak pelumas menjadi lebih kental
dari yang diharapkan, serta dengan adanya air dan belerang sisa pembakaran maka
akan bereaksi menjadi H2SO4 yang sifatnya sangat korosif.
Gemuk Pelumas
Penambahan additive seperti sabun yang dicampur
dengan pelumas mineral dapat menghasilkan gemuk lumas. Jenis-jenis sabun
tersebut ada beberapa macam, antara lain lithium, calcium, sodium, aluminium,
dan ada pula yang bahan dasarnya sintetik.
Gemuk pelumas ini memiliki daya lekat yang baik pada
permukaan logam, sehingga dapat melindungi dari pengaruh udara lembab dan air,
serta daya tahan terhadap beban kejut pada bantalan.
Gemuk pelumas ini memiliki beberapa sifat-sifat khusus,
antara lain:
- Menyekat
kotoran-kotoran yang masuk atau keluar.
- Tidak
terpengaruh oleh temperatur.
- Sukar
mengalir dan menguap.
- Mencegah
masuknya air, dan meskipun ada molekul-molekul air, daya lumas tidak
berubah.
- Mempunyai
sifat menahan benturan yang besar.
- Mempunyai
sifat anti korosi dan oksidasi.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gemuk
pelumas ini dapat digunakan untuk melumasi bagian-bagian yang tidak dapat
dilumasi oleh pelumas cair (oli), seperti:
1.Bagian yang
mudah terkena debu dan air.
2.Bagian yang
tidak rapat.
3.Bagian yang
mempunyai tekanan tinggi.
4.Bagian yang
sukar dicapai.
Additive
Kualitas pelumas yang baik tidak hanya didapatkan dengan
cara proses pengolahan maupun pemurnian (purifikasi), tetapi perlu ditambahkan
bahan-bahan kimia tertentu yang lebih dikenal dengan aditif. Aditif yang
ditambahkan ke dalam minyak pelumas bertujuan untuk memperbaiki kualitas minyak
pelumas. Penambahan aditif dalam minyak pelumas ini berbeda-beda, disesuaikan
dengan kondisi, temperatur, dan kerja dari mesin itu sendiri. Oleh karena itu
jenis-jenis minyak pelumas berbeda-beda dapat kita temukan di pasaran.
Penambahan aditif ke dalam minyak pelumas bukan perkara
mudah karena minyak pelumas akan bereaksi dengan aditif tersebut, dan juga
aditif tersebut akan mempengaruhi aditif lainnya. Oleh karena itu, formulasi
penambahan aditif terus dilakukan untuk mendapatkan minyak pelumas kualitas
tinggi. Berikut ini adalah jenis-jenis aditif yang biasa digunakan:
- Deterjen
Merupakan aditif dalam bentuk ikatan
kimia yang memberikan kemampuan mengurangi timbulnya deposit dari ruang bakar
maupun dari bagian mesin lainnya. Minyak pelumas yang diberi aditif ini bekerja
untuk mesin yang beroperasi pada temperatur tinggi. Jenis deterjen yang
digunakan adalah sulfonat, fosfonat, dan fenat.
- Dispersan
Aditif yang bekerja pada temperatur
rendah yang berfungsi untuk menghalangi terbentuknya lumpur atau deposit di
dalam ruang mesin. Aditif ini cocok digunakan pada mesin-mesin mobil kendaraan
pribadi yang sering berhenti dan berjalan.
- Antioksidan
Karena lingkungan kerja, minyak pelumas
sering berhubungan (kontak) dengan udara luar pada temperatur dan kondisi kerja
tinggi. Minyak pelumas juga kontak dengan logam atau bahan kimia yang bersifat
sebagai katalisator oksidasi. Karena hal di atas, minyak pelumas akan mengalami
sederetan reaksi oksidasi yang dapat menurunkan viskositas minyak pelumas.
Untuk itu, antioksidan diberikan untuk
mengurangi peroksida. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah sulfida, fosfit,
disulfida, selenida dan zink ditiofosfat.
- Pelindung
Korosi
Berfungsi untuk melindungi bahan-bahan
non logam yang mudah terkena korosi dalam mesin, terutama bantalan yang perlu
tahan terhadap kontaminasi asam dari minyak pelumas. Kontaminasi ini terjadi
sebagai hasil oksidasi minyak pelumas dan hasil pembakaran bahan bakar yang merembes
melalui cincin piston.
Dua jenis minyak pelumas adalah minyak mineral dan
minyak sintesis. Minyak pelumas mineral adalah jenis pelumas yang banyak
digunakan pada unit pembangkit dan merupakan hasil sampingan dari penyulingan
minyak mentah. Minyak pelumas mineral hasil penyulingan tersebut disaring untuk
mengeluarkan senyawa dan benda-benda asing lainnya. Proses ini menghasilkan
beberapa tingkat minyak pelumas mineral yang berbeda. Tingkat tersebut
ditentukan oleh jumlah proses penyulingan dan jenis minyak mentah yang
disuling.
Karakteristik Minyak Pelumas
Karakteristik dari minyak pelumas menggambarkan
kemampuan pelumasannya. Sifat –sifat dari pelumas tersebut adalah:
1. Kekentakan (viscosity)
Kekentalan merupakan sifat terpenting dari minyak
pelumas, yang merupakan ukuran yang menunjukan tahanan minyak terhadap suatu
aliran. Minyak pelumas dengan viskositas tinggi adalah kental, berat dan
mengalir lambat. Ia mempunyai tahanan yang tinggi terhadap geraknya sendiri
serta lebih banyak gesekan di dalam dari molekul-molekul minyak yang
saling meluncur satu diatas yang lain. Jika digunakan pada bagian-bagian mesin
yang bergerak, minyak dengan kekekantalan tinggi kurang efisien karena
tahanannya terhadap gerakan. Sedangkan keuntungannya adalah dihasilkan lapisan
minyak yang tebal selama penggunaan.
Minyak dengan kekentalan rendah mempunyai gesekan
didalam dan tahanan yang kecil terahdap aliran. Suatu minyak dengan kekentalan
rendah mengalir lebih tipis. Minyak ini dipergunakan pada bagian peralatan yang
mempunyai kecepatan tinggi dimana permukaannya perlu saling berdekatan seperti
pada bantalan turbin.
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan
aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul cairan satu
dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan
memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan– bahan yang sulit
mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskos,
Newton menyatakan hubungan antara gaya – gaya mekanika dari suatu aliran viskos
sebagai :
Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah
konstan sehubungan dengan gesekannya.
Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian,
dimana perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya
konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas.
Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah
bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut.
Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi
oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang
bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak
memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidah ada gaya tekan yang
bekerja pada lapisan fluida.
1. Index kekentalan
Kekentalan minyak pelumas akan berubah sesuai
keadaan temperatur dan tekanannya. Kekentalan akan berkurang jika temperatur
naik. Viskositas index adalah suatu ukuran yang menyatakan berat banyak
kekentalan. Jumlah pertambahan kekentalan tersebut dibandingkan dengan
kekentalan dari dua jenis minyak yang telah diketahui besarnya. Index kekntalan
dinyatakan dari angka 0 sampai 100. Temperatur suatu peralatan sangat
menentukan pemilihan jenis minyak pelumas. Jika temperatur kerja minyak terlalu
tinggi, maka kekentalannya akan terlalu rendah untuk memberikan pelumasan yang
diperlukan.
2. Titik lumer
Titik lumer adalah suatu temperatur dimana minyak
mulai mengalir. Minyak pelumas yang digunakan didalam suatu sistem pendinginan
atau dalam suhu dingin harus mempunyai titik lumer yang rendah
3. Titik nyala
Titik nyala adalah suatu temperatur dimana
pencampuran uap minyak dengan udara baru mulai terbakar tidak akan menyala.
4. Titik bakar dan kandungan
asam.
Titik bakar adalah suatu temperatur dimana minyak
akan menyala terus paling sedikit lima detik jika dibakar. Jenis minyak pelumas
yang digunakan untuk melayani temperatur tinggi harus mempunyai titik tuang dan
titik bakar yang tinggi.
5. Kandungan Asam
Penentuan kandungan asam yang terdapat pada
minyak merupakan cara yang baik untuk mengetahui lama penggunaan minyak, dimana
jumlahnya dinyakan dengan angka-angka netralisasi keasaman minyak akan
bertambah terjadinya penguraian terhadap sifat-sifat minyak. Pengukuran
terhadap jumlah asam dapat memberikan informasi terhadap perlunya penggantian
peralatan minyak.
Sistem Pelumasan
1. Sistem Terbuka
Suatu sistem pelumasan terbuka memberi minyak
pelumas baru kepada permukaan yang bergerak, dan pelumas yang telah digunakan
dibuang.
1.1 Pelumasan dengan Tangan
Pelumasan dengan tangan adalah sistem pelumasan
terbuka yang paling sederhana dan tertua. Pelumasan dengan tangan mempunyai
penggunaan yang terbatas pada unit pembangkit dan metode ini untuk kebanyakan
penggunaan telah diganti karena adanya hal-hal yang tidak menguntungkan tersebut.
Kekurangan dalam sistem pelumasan dengan tangan adalah, kita sulit mengontrol
pemasukan pelumas, yang memungkinkan adanya kelebihan asupan sehingga dapat
menimbulkan kebocoran. Begitu pula ketika peralatan mengalami kekurangan
pelumas, kita sulit mengetahuinya, sehingga dapat menimbulkan keausan.
1.2 Continous Lubrication
Beberapa peralatan digunakan pada unit-unit
pembangkit untuk mengurangi kebutuhan akan pelumasan dengan tangan. Peralatan
tersebut akan mensuplai sejumlah pelumas secara kontinue pada bagian-bagian
peralatan yang bergerak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar