Powered By Blogger

Kamis, 06 November 2014

common rail system

D4D Common Rail
Skema Kerja Common Rail
Bahan bakar yeng telah di beri tekanan oleh supply pump disimpan di dalam common-rail sebelum didistribusikan ke injector-injektor. ECU (Electronic Control Unit) dan EDU (Electronic Driving Unit) mengontrol volume dan waktu injeksi bahan bakar ke tingkat yang optimal dengan cara mengoperasikan dan menutup injektor-injektor sesuai dengan sinyal-sinyal dari sensor-sensor. Proses ini serupa seperti pada system EFI yang digunakan pada mesin bensin.


Sejarah Common rail fuel system dimulai dengan pembuatan prototype pada akhir tahun 60 an oleh Mr. Hiber di Switzerland. Lalu Mr. Ganser dari Swiss Federal Institute of Technology memfokuskan diri dalam hal ini.
Pada pertengahan tahun 60 an, Dr. Shohei Itoh and Masahiko Miyaki, Japanese dari Denso Corporation, mengembangkannya untuk Heavy Duty Vehicles, dan berhasil dengan produk pertamanya yang dinamakan ECD-U2 common Rail system, yang dipasang pada HINO RAISING RANGER truck dan dijual kepada umum pada tahun 1995.
Selanjutnya mulai tahun 1997 Robert Bosch GmbH mulai memproduksi untuk dipakai pada passenger car. Common rail engines dipakai juga pada kapal laut dan locomotive.
Dengan adanya krisis minyak bumi dan emisi, maka sekitar tahun 1990 an, mulai banyak yang mengadopsi common rail system, misalnya Fiat (dikenal sebagai JTD, dipakai pada Fiat Panda), Alfa Romeo, dan Volvo. Common Rail saat ini Common rail system saat ini semakin banyak dipakai. Delphi Automotive Systems di USA juga memproduksinya. Hampir setiap pabrik memberi nama khusus kepada system ini, misalnya : Daimler Chrysler's CDI, Ford Motor Company's, Fiat Group's (Fiat, Alfa Romeo and Lancia), JTD,Renault's DCi,GM/Opel's CDTi,Hyundai's CRDI,Mitsubishi's DI-D,PSA Peugeot Citroen's HDI,Toyota's D-4D, dll.
http://2.bp.blogspot.com/-x34BxJ5uUmY/Trjt71_mgMI/AAAAAAAAAXw/g8Yk1R-Ag3I/s320/common+rail.jpg

Prinsip kerjanya.
Solenoid atau piezo valves memungkinkan electronic control yang sempurna terhadap nozzle injection time. Begitu pula jumlah dan tekanan sangat tinggi pada solar menghasilkan kabut yang lebih halus.
Untuk membuat rendah engine noise, maka solar disemprotkan 2 tahapan dari nozzle (bahkan ada yang sampai membagi 5 tahapan dalam satu kali penyemprotan dari nozzle), pertama sedikit solardisemprotkan agar mudah terbakar, lalu setelah terbakar, barulah disemprotkan lagi solar yang lebih banyak kedalam ruang bakar. Nozzle ini biasa dikenal sebagai double spring nozzle, ia sangat efektif menurunkan suara ledakan.
Pada diesel engines biasa, sebuah distributor-type injection pump, diatur oleh engine, meng-supply solar ke injector/nozzle, lalu disemprotkan ke dalam combustion chamber. Dibanding common rail, tekanan solar tsb dianggap “masih rendah”, sehingga pengabutanpun kurang halus, maka hasil pembakaranpun relatif kurang sempurna.
Pada engine dengan common rail systems, distributor injection pump tidak dipakai lagi, sebagai gantinya sebuah extremely high pressure pump menghasilkan solar bertekanan tinggi sampai 1.800 kg/cm2, yang disimpan dalam sebuah reservoir (tube), yang bercabang (sebanyak jumlah cylinder), dan berujung pada masing-masing nozzle, solar siap untuk disemprotkan.
Pada nozzle ada solenoid yang menunggu perintah dari sebuah computer (ECU=Engine Control Unit) untuk menyemprotkan solar ke dalam combustion chamber. CPU dalam hal ini mengalirkan arus listrik ke solenoid pada nozzle. Lamanya listrik yang dialirkan, akan mempengaruhi jumlah solar yang disemprotkan. Sehingga pengabutan halus, pembakaran bersih, emisi rendah, efesiensi solar tinggi, dan suara halus.
Sekarang, teknologi Common-Rail Driect Injection sudah berkembang jauh. Bahkan pabrik mobil Peugeot mengembangkan teknologi yang disebut High Direct Injection (Hdi) yang memadukan ERG (Exhaust Gas Recycling) dan sensor oksigen yang mampu memberikan tekanan bahan bakar sesuai kebutuhan mesin.
Dengan alat tersebut sisa pembakaran didaur ulang kembali ke ruang bakar mesin sehingga tak ada sisa bahan yang terbuang dan hasilnya polusi semakin minim. Bahkan, ERG membuat bahan bakar mesin menjadi jauh lebih irit.

Itu artinya, teknologi diesel terbaru dapat menghemat pemakaian bahan bakar sampai dengan 20% dibandingkan teknologi mesin diesel lama tahun 1980-an. Sudah begitu torsi yang dihasilkan pun meningkat dua kali lipat pada kecepatan rendah, sedangkan tenaga mengalami peningkatan hampir dua kali lipat.
Sisi menarik lainnya adalah menurunnya gas buang dan juga suara bising ketimbang mesin diesel konvensional. Emisi gas CO2 berkurang 20%, pengeluaran Nox dan CO (karbon monoksida) berkurang 40%. Paling menarik, jumlah partikel hidrokarbon yang terbakar meningkat hampir 50%.

Demikian sejarah common rail fuel system yang dikutip dari berbagai sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar